Narasumber: Arifah Lestari
Cerita inspiratif datang dari Arifah Lestari. Ia merupakan siswa SMAN 1 Purworejo. Ia mengaku termotivasi untuk mengikuti program Comparative Study 2020 karena ingin menambah wawasan di bidang IPTEK dan kebudayaan. Sebagai generasi muda, ia ingin menjadi pemuda yang berwawasan luas dan mendunia. Selain itu, ia juga ingin melatih kemampuan public speaking melalui program ini. Menurutnya program ini sangat tepat untuk mewujudkan hal tersebut.
Arifah mengungkapkan tujuan kuliah setelah lulus SMA untuk bisa masuk universitas terbaik di Asia, seperti NUS/ NTU/ UPM/ UGM. Tak dapat dipungkiri, dara manis berusia 17 tahun ini memang sangat tertarik dengan program internasional. Baginya itu penting, karena akan menjadi poin plus tersendiri. Pengalaman itu tiada harganya. “Mengikuti program internasional sangat membuka wawasanku dan memotivasi aku untuk terus belajar. Bertemu dengan banyak orang dengan background yang berbeda-beda selalu memberikan tambahan ilmu buat aku. Apalagi di Comparative Study 2020 ini ada campus visit dan selama perjalanan kita dapat cerita sejarah dari tour guide, ini sangat menarik dan bermanfaat buat pelajar kayak aku,” jelasnya.
Ia mengaku mengetahui program ini dari grup whatsapp alumni Jumbara dan Temu Karya Relawan Jateng. Kebetulan Arifah merupakan salah satu anggotanya. Di grup ia melihat ada yang share poster Comparative Study 2020, lalu mencari tahu infonya dengan membuka instagram @globalyouthaction & @studback_.
Arifah menceritakan bahwa awalnya ikut seleksi karena memanfaatkan peluang yang ada. Tapi karena memang belum rezekinya, jadi ia tetap ikut dengan jalur self funded. Yang menggerakkan hatinya untuk ikut self funded karena memang sudah tertarik banget dengan program ini. “Di Comparative Study 2020 kita berasa liburan edukasi. Selain dapet ilmu yang bermanfaat, kita juga bakal jalan-jalan. Jadi ngga ngebosenin,” katanya. Ia menambahkan, biaya self funded dari Studback lebih terjangkau. “Aku pernah ikut seleksi program serupa dan pas lihat panduannya biaya untuk self funded jauh lebih mahal dari Comparative Study 2020,” ungkapnya. Ia juga bersyukur karena banyak mendapat dukungan dari pihak keluarga untuk ikut dalam program ini.
Ia pun kemudian menceritakan bagaimana perjuangannya mengikuti Comparative Study. Berangkat dari Purworejo ke Jogjakarta di antar keluarga. Lalu dari Jogjakarta ke Jakarta naik pesawat sendiri. “Ini merupakan pengalaman pertama naik pesawat sendiri, biasanya sama keluarga. Dan Sesampainya di meeting point, aku sempet takut kalau ngga punya teman karena memang tidak kenal siapapun. Tapi ternyata teman-teman disana baik-baik semua dan bisa gampang akrab,” ujarnya. “Setelah persiapan, akhirnya kita terbang ke Kuala Lumpur. Sampai sana jam 1 malam. Lanjut naik bus, ke Singapore. Day 1, kita campus visit di NTU. Ini seru banget sih. Kampusnya keren banget, kita dapet seminar dari PINTU (Pelajar Indonesia NTU). Habis dari sana kita ke Universal Studio, Garden by the Bay, dan Merlion Park. Day 2-3 kita balik ke Malaysia, dapet seminar di MaGIC, ke Dataran Merdeka, dan jalan-jalan ke Batu Caves, Petronas, Pabrik Coklat dan masih banyak lagi,” terangnya.
Selain itu, Arifah punya cerita yang tidak menyenangkan saat di Thailand. Ia bersama beberapa teman yang lain mengaku sempat diare saat di Thailand karena tidak cocok dengan thai tea asli Thailand. Alhasil di pusat oleh-oleh antrian toiletnya panjang dan saat menahan rasanya sudah seperti mau pingsan. Satu hal lagi yang membuatnya kangen adalah ketika ngerujak di imigrasi bersama teman-teman.
Baginya, program Comparative Study 2020 sangat berkesan dan seru. Selain mendapat pengalaman yang luar biasa, program ini juga bikin nagih. “Memperluas relasi, wawasan, public speaking, pokoknya mantap,” imbuhnya. Berkat ikut Comparative Study 2020 ia tahu lebih banyak mengenai apa yang harus disiapkan jika nantinya akan melanjutkan kuliah di NTU atau NUS.
Tidak lupa, ia juga memberikan pesan kepada anak muda yang masih menjadi “Kaum Rebahan” agar lebih produktif mengikuti program luar negeri. “Ayo dong, jangan sia-siakan masa mudamu cuma buat rebahan aja. Kita harus jadi pemuda yang baper (bawa perubahan) dan mendunia. Kita calon pemimpin masa depan, harus punya wawasan yang luas dan kepribadian yang unggul. Saat kamu santai-santai rebahan di rumah, ada jutaan remaja yang sedang produktif berusaha mewujudkan mimpinya. Kamu nggak mau kalah saing kan?”