Narasumber: I Made Bendesa Wirakusuma
Sudah kita ketahui bersama bahwa Global Youth Action telah selesai menyelenggarakan seleksi tahap 2 program Fully Funded Batch II Comparative Study 2020 pada 8 Maret 2020 lalu yang bertempat di WU Hub Coworking Space, Jakarta. Salah satu peserta yang lolos adalah I Made Bendesa Wirakusuma. Mahasiswa Politeknik Negeri Bali ini mengikuti seleksi tahap 2 kemarin dengan wawancara online karena adanya jarak.
Sebagai mahasiswa jurusan Administrasi Niaga dan mengambil program studi Manajemen Bisnis Internasional, motivasi terbesarnya adalah ingin mengetahui bagaimana sistem bisnis di negara tersebut berjalan serta ingin mendapatkan esensi dari kegiatan bisnis internasional itu sendiri. “Saya sangat percaya program ini akan mengantarkan saya untuk mengerti dan merasakan pengalaman yang lebih kompleks tentang bagaimana kegiatan bisnis secara internasional berproses, baik dari mencari ide bisnis, membangun kerangka bisnis, memproduksi jasa/produk, menyusun strategi dan riset pasar, memanajemen keuangan, mengoordinasi segala sumber daya yang tersedia, keep in touch dengan segala stake holder terkait, hingga cara bernegosiasi dan menjalin relasi bisnis dengan mitra/orang baru,” jelasnya.
Selain belajar dari orang-orang sukses yang mengantarkan ke Singapura dan Malaysia menjadi negara dengan tingkat pendidikan yang maju, program Comparative Study juga akan mengajarkan tentang bisnis yang maju melalui market research dan pengambangan startup-nya, serta Thailand sebagai salah satu negara dengan hospitality kepariwisataan yang sangat baik di kawasan Asia Tenggara.
Berdasarkan pengalaman saat proses seleksi fully funded, menurutnya soal yang diberikan on point sekali, sesuai dengan program yang akan diikuti terutama pengetahuan umum tentang ASEAN, ide dan kontribusi apa yang bisa dilakukan untuk memajukan daerah masing-masing serta Indonesia tentunya.
Ia mengetahui program ini dari salah satu official account Line yang membagikan info tentang beasiswa dan event-event internasional dan saat itu sedang libur semester jadi dia coba apply. Dengan biaya pendaftaran yang murah Rp 100.000,00 saja, ia pun berani mencoba. “Seperti coba-coba berhadiah saja,” candanya.
Wira mengaku senang dan bersyukur akhirnya lolos jadi top 20 dan masuk ke seleksi tahap 2 untuk mencari top 4 fully funded dan lolos. Awalnya ia merasa optimis untuk bisa lolos top 20 karena banyak teman-teman dan keluarga yang mendukung untuk mengikuti program ini. “Setelah melihat teman-teman top 20 yang lolos dan membaca hasil esai mereka, saya merasa tertantang untuk bersaing secara sehat dengan teman-teman hebat dan memiliki ide yang revolusioner untuk memajukan Indonesia,” tambahnya.
Terlepas dari itu, ada satu moment yg membuatnya cukup pesimis saat sesi interview yaitu saat diberi pertanyaan berbahasa Inggris. Ia merasa belum optimal untuk memberikan point dari ide yang akan direalisasikan. Ia mengatakan kalau cukup kecewa dengan diri sendiri, ia yakin bahwa sebenarnya mampu lebih dari itu. Wira juga merasa sedih karena belum bisa bertemu dengan teman-teman, panitia, dan bapak/ibu dewan juri untuk sharing dan bertatap muka secara langsung. “Ini yang dinamakan rezeki sudah di atur oleh Tuhan, saya akhirnya bisa menjadi salah satu peserta yang mendapat fully funded, saya merasa bersyukur dan beruntung,” ungkapnya.
Menurut Wira, program Comparative Study sangat penting dan mendukung jenjang karir teman-teman untuk bisa menjadi pribadi yang profesional dan berdaya saing internasional. “Kapan lagi bisa ikut international seminar di salah satu perguruan tinggi terbaik Asia, berinteraksi dan berpikir kritis dalam lomba market research, menambah ilmu tentang bisnis startup di MaGIC Malaysia dan tentunya plesiran ke negara gajah putih Thailand,” pungkasnya.