Selain berfokus pada kegiatan-kegiatan internasional, Global Youth Action (GYA) juga peduli dan melakukan aksi kegiatan di tanah air. Salah satu apresiasi terhadap kreatifitas literasi bangsa disalurkan dalam program Lomba Puisi Nasional (LPN) dan menjadi wadah bagi karya penyair muda dan profesional Indonesia. Program ini sudah mengumumkan pemenangnya pada 19 Agustus 2020 lalu. Dan 250 karya puisi terbaik berhasil dibukukan dalam Buku Antologi Puisi “Menanam Rindu, Menuai Temu”.
Puisi merupakan karya sastra yang paling mudah untuk mengekspresikan suasana hati seseorang. Dengan mengusung tema “Tanam Rindu”, diharapkan hasil karya yang tercipta akan lebih memikat semua orang yang membaca maupun mendengarnya. Mengingat kata rindu yang sangat akrab dengan hati setiap insan.
Dari 250 karya yang dibukukan, 10 diantaranya masuk dalam jajaran karya yang paling memikat dari segi penilaian dewan juri. Tak lupa, mereka juga mengungkapkan kesan dan pesannya terhadap program LPN ini. Menurut Fransiska Lusiana Naur, program LPN ini terorganisir dengan baik, timeline dan tata cara perlombaan juga disampaikan dengan jelas. Ia menambahkan penggunaan media online juga dimanfaatkan dengan amat baik sehingga update informasi jelas disampaikan. Transparansi proses dari pengiriman puisi hingga penjurian dijelaskan dengan detail di buku panduan.
Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Fajri Zulia Ramdhani. Ia mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada GYA untuk kesempatan yang diberikan, “Terima kasih Global Youth Action untuk kesempatan menjadi peserta dalam Lomba Puisi Nasional kali ini. Penyelenggara juga ramah dan menerima masukan dari kendala yang dihadapi kami.” Ia menambahkan, “kompetisi puisi menjadi sebuah wadah menyenangkan tiap perasa bertemu untuk saling bersilang rasa.”
Perasaan bangga, gembira, serta haru bercampur jadi satu, dirasakan oleh Mukhlis Imam Bashori. Di antara rasa gugup yang menyelinap itu ia amat senang karena dapat mengenal teman-teman dari berbagai daerah dengan latar belakang yang berbeda. Dan yang paling penting adalah hal itu terus memacunya khususnya untuk terus berkarya.
Menulis Puisi ditengah Pandemi
Lomba puisi ini diadakan pada saat pandemi masih berlangsung. Oleh karena itu, ini menjadi suatu langkah yang tepat untuk mengeksresikan perasaan hati seseorang yang dilanda perasaan rindu karena tidak dapat bertemu. Seperti yang diungkapkan oleh Yose Rizal Manua, “Adalah suatu langkah jitu, menyelenggarakan Lomba Puisi Nasional di tengah keprihatinan yang melanda dunia saat ini. Karena melalui puisi kita bisa saling berbagi, bisa saling bertegur sapa, dan bisa melampiaskan rindu yang menderu.”
“Selama pandemi, karya-karya seni tak boleh ikut mati. Terima kasih kepada Global Youth Action telah menjadi wadah yang baik. Kalah dan menang hanya bagian kecil dari perjuangan, berkarya dan terus berkarya adalah cita-cita yang abadi,” ungkap Ilma Rosyidah.
Ada sepenggal cerita menarik dari Dika Agusta, “Dulu, saya pernah membeli sebuah buku puisi berjudul “Lelaki Yang Dicintai Bidadari”. Saya sangat suka dengan puisi di dalamnya dan gaya menulisnya, sungguh tidak menyangka kali ini tulisan saya akan dinilai oleh penulis buku itu, Bapak Hasan Aspahani.” Ia pun berharap, “semoga ini bisa menjadi motivasi bagi kita semua dalam dunia kepenulisan di waktu mendatang.”
Pesan dan kesan selanjutnya disampaikan oleh Sherlynn Yuwono dan Ika Yuni Purnama. Sherlynn memberikan motivasi agar memaksimalkan segala kesempatan yang ada. Jangan pernah menyerah, dan jangan pernah menganggap kegagalan sebagai sesuatu yang buruk. “Kita bertumbuh dari usaha dan pengalaman hidup kita sendiri. Teruslah berkarya, dan jangan pernah patah semangat,” imbuhnya.
Anjuran di #rumahaja membuat orang rindu akan segala hal. Mencari kegiatan yang positif ketika di rumah, salah satunya adalah dengan berkarya membuat puisi. Apa yang dirasakan bisa dituangkan dalam bentuk karya. Seperti kesan dari Ika Yuni Purnama. “Heboh, lomba puisi ini memberi banyak pengalaman. Untuk yang belum berani ikut lomba seperti ini harus berani mencoba, semangat dan anggaplah sebagai arena belajar. Menang atau kalah tidak masalah yang penting menulis dulu,” tutup Ika.