Seperti yang sudah kita ketahui bahwa program Fully Funded Comparative Sudy 2020 sudah rampung diselenggarakan pada 7-13 Januari lalu. Sukses dengan program tersebut, kini Studback dan Global Youth Action (GYA) kembali menyelenggarakan program yang sama yaitu Fully Funded Batch II Comparative Study 2020. Program yang akan diselenggarakan pada 8-14 April 2020 mendatang ini juga diagendakan untuk ke tiga negara yakni Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Berbeda dengan Batch I kemarin, kali ini GYA akan mengambil 4 peserta yang akan lolos untuk fully funded. Fully funded sendiri merupakan apresiasi yang diberikan kepada peserta yang berhasil lolos dari seleksi yang dilakukan dalam dua tahap. Seleksi meliputi pengisian esai, wawancara, dan seleksi berkas.
Seleksi yang menjadi penentu awal adalah pengisian esai. Soal esai yang diberikan pada peserta berjumlah 8 soal, dimana peserta wajib mengirimkan jawabannya kepada panitia sebelum waktu pendaftaran berakhir. Banyak pendaftar di batch II ini menanyakan tips pengisian esai agar lolos seleksi. Pada artikel ini, kita akan ulas tips agar terpilih menjadi fully funded dari para pemenang fully funded di batch I.
Peserta yang lolos fully funded batch I kemarin ada 3 orang, yaitu Azizah Nur Laily Rahmawati, Farhah, dan Luluatul Hamidatu Ulya. Saat diumumkan, mereka bertiga mengaku sangat senang dan hampir tidak percaya karena adanya seleksi yang ketat dan jurinya juga keren.
Salah satu mahasiswa double degree Pendidikan Bahasa Inggris dan Psikologi di UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Farhah, mengaku adanya kendala waktu karena saat pembuatan esai ia juga sedang menyiapkan acara besar di kampusnya. “Agak terburu-buru karena dikejar deadline”, ungkapnya. Namun ia tetap tenang dan mengerjakan esai berdasar pengalaman pribadi sehingga dapat selesai tepat waktu.
Saran untuk pengisian esai yang paling penting baca tujuan dan target peserta yang dicari oleh program secara detail, baru ke tahap pembuatan esai jangan lupa baca esai peserta sebelumnya untuk panduan, dalam menjawab esai juga sesuai gaya bahasa masing-masing tapi tetap menjual, bisa minta tolong dikoreksi juga sebelum di submit, jangan ada typo dll.
Mahasiswa asal Aceh ini juga menambahkan kiat saat dirinya lolos ke tahap wawancara. “Kuncinya yakin dengan kemampuan sendiri sama pelajari materi untuk wawancara, dan pastinya berdoa wajib dong” tegasnya. Dirinya mengaku sudah lama mendamba ingin pergi ke Thailand. Dan akhirnya impian untuk menginjakkan kaki ke Negeri Gajah Putih tersebut terwujud melalui program Comparative Study.
Menjawab esai tidak harus bagaimana dan seperti apa!
Selain mahasiswa, salah satu peserta yang lolos fully funded adalah seorang dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Lulu’atul Hamidatu Ulya. Ia menegaskan bahwa melalui program ini ia bisa belajar banyak hal serta bisa mendapatkan pengalaman yang sangat menarik terutama yang berkaitan dengan dunia akademik karena di program ini ada seminar internasional dan juga campus visit yang bisa dijadikan referensi ketika mengajar di kampus.
Dalam pengerjaan esai, dosen muda ini tidak memiliki kendala secara keseluruhan, namun dalam mengerjakan esai ia tidak langsung mengerjakan dalam satu waktu. “Saya buat dulu gambaran jawabannya, kemudian baru saya kerjakan, dan setelah jadi tidak langsung dikirim, tapi saya baca lagi, beberapa saya revisi. Begitu seterusnya sampai beberapa kali hingga benar-benar yakin esai saya menarik dan cukup oke,” ungkapnya.
Lulu’atul juga menambahkan jika dalam menjawab esai sebenarnya tidak harus bagaimana atau seperti apa. Cukup dengan 5 pilar ini: (1) Jadi diri sendiri; (2) Menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri; (3) Jujur; (4) Tetap rendah hati meskipun punya segudang prestasi; dan (5) Jawab pertanyaan dengan sungguh-sungguh dan tetap on the track pada point yang ditanyakan. “Semoga bisa membantu,” tutupnya.