Salah satu agenda Comparative Study ialah Market Research. Market Research atau riset pasar adalah sebuah usaha untuk mengumpulkan informasi terkait masyarakat yang akan menjadi target dari sebuah bisnis, alias calon pengguna. Riset pasar bisa membantu untuk menentukan arah startup yg didirikan, mulai dari strategi pemasaran seperti apa yang harus dilakukan, produk seperti apa yang harus dibuat bisa memuaskan para pengguna, hingga bagaimana bisa mengalahkan kompetitor.
Sebelum melakukan market research, terlebih dahulu membuat proposal bisnis. Yang nantinya digunakan untuk menyalurkan inovasi para peserta dalam bidang wirausaha. Proposal bisnis adalah dokumen tertulis yang disiapkan oleh wirausahawan yang menggambarkan semua unsur yang relevan, baik internal maupun eksternal mengenai usaha atau proyek baru, atau proposal usaha yang merupakan dokumen tertulis berisi usaha baru yang sedang direncanakan.
Dalam mengikuti market research, peserta comparative study membuat ide dengan jenis usaha bebas, seperti kuliner, tekstil, jasa web online, aplikasi online, games, pariwisata, pendidikan, dan sebagainya, yang penting masih memliliki tema umum yaitu Impact Driven Entrepreneurs Accelerator (IDEA).
Market Research diikuti oleh 32 peserta dan dipilih 10 orang pemenang. Dengan rincian, juara 1 mendapat medali emas, juara 2 mendapat medali perak, juara 3 mendapat medali perunggu, dan juara 4 sampai 10 mendapat medali juara terbaik. Dan tentu saja masing-masing pemenang mendapat sertifikat penghargaan.
Inilah 10 nama pemenang Market Research Comparative Study 2020: (1) Yasmin Zahra Khairunnisa (2) Darwin Silalahi (3) Kamila Amalia (4) Mushafatul Nurprawitanti (5) Cessilia Fatmawati (6) Ghitha Nadhira AR (7) Henitiya Widyastiti (8) M. Arkhan Doohan (9) Karunia Hafifah (10) Siti Rohani.
Terciptanya ide yang inovatif dari para penulis Business Plan ini tidak jauh dengan permasalahan yang ada di sekitar penulis itu sendiri. Seperti Yasmin, dia mengatakan bahwa ide rencana bisnisnya muncul dari keresahannya menyoal media hiburan di negara ini. “Muncul ide itu ketika booming berita tentang diblokirnya IndoXXI. Aku dapat pencerahan dari situ, sebenarnya kita ini butuh suatu platform atau media untuk memperoleh konten hiburan. Itu dari sudut pandang penonton kan kak. Nah selaku produsen atau pembuat konten, kita juga butuh platform untuk menyalurkan karya-karya kita gitu kak kurang lebih,” ungkapnya.
Sama dengan Yasmin, Darwin juga mendapat ide dari melihat kekayaan alam di daerah Teluk Perairan Bali yang terdapat rumput laut yang melimpah. Salah satunya adalah Gracilaria spp (Rhodophyta) yang dikenal dengan nama Bulung Sangu. Bulung Sangu ini dikonsumsi secara turun temurun sebagai sayuran dan makanan tambahan. “Rumput laut itu memberikan prospek yang menjanjikan untuk dimanfaatkan sebagai bahan obat atau mengatasi berbagai masalah kesehatan. Selanjutnya untuk pengembangan produk itu diawali dengan penelitian untuk mengidentifikasi kandungan fitokimia pada Bulung Sangu tersebut,” jelas Darwin.
Terlepas dari ide-ide kreatif tersebut, tentu saja ada kendala yang muncul entah saat pembuatan proposal, merealisasikan hasilnya, atau saat Market Research. Seperti Kamila, ia memiliki kendala saat membuat laporannya. “Agak ngebut kak karena masih banyak destinasi juga yang dikunjungi jadi nyempetin nulis laporan di bus sambil goyang-goyang,” candanya.
Berbeda dengan Kamila, Mushafatul mengalami kendala saat market research, “Kendalanya lebih ke responden saat di Merlion Park, soalnya orang asing yang diwawancarai, dan mayoritas dari mereka menolak di wawancara dengan alasan liburan tidak mau diganggu, jadi saya cari koresponden yang berminat diwawancara saja.”
Kendala dalam pembuatan proposal dirasakan oleh Arkhan. Ia mengaku mempunyai dua kendala, eksternal dan internal. “Eksternalnya saya kebetulan memang lagi UAS pada saat itu, internalnya saya tidak biasa membuat business plan, baru pertama kali sehingga saya mesti membaca literatur penulisan business plan,” ungkapnya.
Harapan dan Kenyataan
Setiap harapan pasti akan menemui kendala. Tak hanya kendala dari masing-masing peserta, penilaian juri juga menjadi penentu dalam menentukan 10 orang pemenang market research. Mulai dari cover, isi, desain yang menarik, sampai lampiran-lampiran. Proposal bisnis ini ditulis dalam dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Terlepas dari hal itu, adanya harapan untuk hasil market research yang mereka buat adalah menjadi awal sebuah bisnis yang luar biasa. Seperti harapan salah satu pemenang, Siti Rohani, “Harapannya semoga hasil dari market research ini benar-benar menjadi awal sebuah bisnis yang luar biasa, bermanfaat bagi orang banyak bukan hanya di Indonesia tapi diluar Indonesia.”
Harapan besar juga diungkapkan oleh Ghitha, pemenang ke enam yang membuat sebuah web online yang berisi online shop tetapi barang yang dijual adalah jasa, misalnya les online berbasis video. Kesulitan dari ide bisnis ini adalah sulitnya mencari responden. Pun sama ketika melakukan market research di Singapura. “Waktu di Singapura juga susah, selain keterbatasan bahasa buat ngobrol sama orang asing yang ngga berbahasa Inggris, saya juga ngga terlalu bisa ngobrol sama orang baru,” jelasnya.
Namun di balik kendala tersebut, ia berharap web online yang dinamakan Kedaikerkom ini memberi peluang bekerja bagi orang lain. “Semoga Kedaikerkom ini bisa memberi peluang bekerja kepada mereka yang punya skill dan sedang mencari pekerjaan, membantu orang-orang mencari jasa tertentu, juga membantu orang-orang untuk mempelajari skill tertentu. Mempermudah orang-orang juga agar bisa bekerja fleksibel, kapanpun, dan dimanapun,” harapnya.